Selasa, 19 April 2016

Menguji Kesetiaannya

 


Melihat banyak kisah perjalanan cinta para remaja saat ini, sebenarnya banyak lebihnya itu membuat ku berfikir. Bagaimana pun juga, sebagai seorang manusia, sudah seharusnya kita memikirkan hal - hal yang terjadi disekitar kita untuk diambil hikmahnya.
Melihat mereka kadang - kadang saya sering mendengar ucapan para anak remaja jaman sekarang tentang “Mencintai Apa Adanya”. Ada yang bilang, “Aku ingin kau mencintai aku apa adanya”,  ada yang bilang “Aku mencintaimu karena hatimu” dan masih banyak lainnya.
Dunia remaja sepertinya memang sering dihiasi kata - kata puitis seperti itu. Tapi bagaimana dengan perjalanan cinta mereka yang sebenarnya. Apakah sebenarnya alasan mereka mencari pendamping hidup sejak dini, yaitu remaja. Apakah karena rasa kesepian yang mereka alami atau hanya sekedar coba - coba.
Selain itu, saya juga terkadang merasa kasihan dengan para wanita yang ditinggal kan begitu saja oleh si laki - laki setelah laki - laki tersebut mendapatkan apa yang dia inginkan dari si wanita. Dari kejadian - kejadian seperti itu wanita pasti akan berfikir bahwa laki - laki itu hanya ingin senang nya aja.
Dillain sisi, seorang laki - laki juga sering berfikir bahwa wanita itu sering pemilih dan juga matre. Meski kedua insan ini saling memiliki prasangka nya masing - masing, tapi tetap saja mereka saling membutuhkan. Mungkin kisah yang akan saya sampaikan ini bisa sedikit memberikan siraman inspirasi.
Kisah ini menceritakan tentang seorang gadis Buta yang membenci dirinya karena kekurangan yang dia miliki. Selain itu, dirinya pun membenci orang lain karena ia merasa beda dari yang lain. Dia hanya menyukai pacarnya, karena pacarnya selalu ada untuknya. Hingga si gadis buta itu pun pernah berjanji, jika suatu saat nanti dia bisa melihat, maka ia akan menikah dengan pacarnya.
Hingga suatu saat, janji itu kian mendekati ujian. Ada seseorang yang mendonorkan bagian matanya untuk si gadis buta. Sampai akhirnya si gadis buta pun menjadi bisa melihat, termasuk melihat pacarnya. Namun, disitu lah saat - saat dimana janji itu di uji. Si gadis buta yang sudah bisa melihat itu, terkejut karena melihat pacarnya ternyata buta.
Pada saat itu, pacarnya berkata “Sekarang kamu sudah bisa melihat, mau kah kamu menikah dengan ku ?” . Namun apa yang terjadi, ternyata si gadis tadi menolak lamaran pernikahan pacarnya, karena pacarnya buta. Akhirnya, pacarnya pergi dengan tangis air mata, dan menuliskan kata - kata ke gadis tadi :
“Jagalah mataku, sayang”
Ternyata, seseorang yang mendonorkan mata itu adalah pacarnya sendiri. Ia rela mengorbankan matanya agar ia bisa menikah dengan wanita tersebut. Tapi apa dikata, takdir tidak mengijinkan mereka bersama. Manusia memang terkadang berubah, ketika status pada dirinya pun berubah. Disini aku sedikit sadar, bahwa terkadang pengorbanan itu tak selamanya menjadikan harapan kita menjadi kenyataan.
Kesalahannya mungkin terletak kepada siapa kita berharap. Sebagai manusia, memang sudah seharusnya kita menggantungkan harapan kita pada Yang Maha Kuasa. Kepada-Nya, setiap harapan akan dijadikan cahaya sebagai penuntun untuk bisa berjalan ke masa depan. 

Tidak ada komentar:
Write komentar