Selasa, 19 April 2016

Menanti Hadirnya ' Political Engineer '

 


Kurang lebih dua tahun lalu pada saat awal tahun 2012. Saya menghadiri suatu pertemuan bersama teman – teman pergerakan di kota Bandung. Disana kita mengundang aktivis pergerakan di tingkat nasional.

Banyak hal yang didapat dari pertemuan bersama sang atktivis tersebut. Akan tetapi ada satu hal menarik yang ingin saya sampaikan disini. Beliau bercerita tentang isu apa yang akan dimunculkan selama tahun 2012.

Isu tersebut adalah isu politik, hukum, keamanan dan ekonomi. Dan ternyata setelah dilihat selama perjalanan waktu 2012 benar isu tersebut dimunculkan. Nah, disini saya jadi berfikir tentang isu – isu yang akan dimunculkan tersebut.

Kalau sudah ada rencana untuk pemunculan isu – isu tersebut, berarti ada sekumpulan orang yang berada dibalik layar untuk merancang scenario ini. Seakan benar bahasa orang – orang pergerakan saat ini, bahwa “Segala sesuatu yang terjadi merupakan hasil rekayasa”.

Tapi kali ini, saya tidak memfokuskan untuk membicarakan pada konteks kenegaraan. Tapi dalam skala yang lebih kecil, yaitu tempat miniatur Negara berada. Apa lagi kalau bukan dalam konteks dunia kampus.

Kurang lebih dua tahun saya kuliah di kampus, saya rasa tidak ada isu – isu yang sudah dirancang di awal – awal pemerintahan kampus terbentuk. Entah saya yang kurang bermain bersama actor – actor permainannya atau karena memang jelas tidak isu yang sudah dirancang.

Jadi disini saya berkesimpulan bahwa isu – isu yang muncul adalah isu yang spontan. Bukan isu yang sudah direncanakan. Umar bin Khattab pernah berkata seperti ini, saya lebih senang terhadap suatu pekerjaan kebaikan yang direncanakan meski gagal, tapi saya malu kepada suatu pekerjaan kebaikan yang berhasil tetapi tidak direncanakan.

Kalau ditelusur lebih dalam lagi, tidak adanya isu yang dirancang ini menandakan kurangnya kemampuan Manajemen Konsolidasi para aktor dibelakangnya (Pemerintah Kampus). Hal lain yang juga kita dapat disini adalah kurangnya kerja sama dan komunikasi antar pergerakan – pergerakan mahasiswa yang terlibat didalamnya.

Kita ingin membawa kampus kearah yang lebih baik, tapi kita masih bergerak dengan sendiri – sendiri. Pantas saja, sampai saat ini pemerintah kampus kita kurang memiliki bargaining position ditingkat nasional.

Ini juga menjadi jawaban ketika ada yang bertanya tentang apa perbedaan gerakan satu dengan yang lainnya, jawabnya karena memang masing – masing memiliki ciri khasnya. Dan dengan ciri khas yang berbeda itulah kita akan saling melengkapi kekurangan yang dimiliki untuk membangun kampus dan Indonesia yang lebih baik.

Latar belakang mungkin berbeda, tapi tentunya ada hal – hal yang bisa kita sepakati bersama. Seperti kata tokoh pergerakan mesir Hasan Al Banna, “Kita hanya menyepakati hal – hal yang kita sepakati saja”.

Terakhir, saya juga ingin menutup tulisan ini dengan ungkapan mantan Wakil DPR RI tahun 2009 – 2013 M. Anis Matta, Lc bahwa,
“Jika kita ingin berjumpa fajar, kita harus berani menembus kegelapan. ”

Tidak ada komentar:
Write komentar