Selasa, 19 April 2016

3 Alasan Kenapa Aktivis Harus Menulis

 

Disadari atau tidak disadari ilmu yang kita dapat saat ini karena ilmu - ilmu pengetahuan yang diabadikan lewat tulisan. Jika Imam Syafii mengatakan bahwa agar hewan tidak lepas maka harus diikat, begitu pula sebuah ilmu, untuk menjaganya kita harus menuliskannya. Tidak jauh beda dengan apa yang dikatakan oleh pak Hernowo seorang penulis yang terkenal dengan teknik “Mengikat Makna” .  Pepatah mengatakan bahwa membaca adalah jendela dunia dan buku yang kita baca itu merupakan kumpulan tulisan - tulisan. Jika memang seperti itu, tulisan berarti sebuah jembatan untuk membuka jendela dunia tersebut.
Salah satu peran sebagai seorang aktivis adalah untuk memberi pencerdasan kepada masyarakat. Oleh sebab itu aktivis pasti sering mengadakan kajian - kajian, Focus Group Discussion, dan juga Seminar. Tujuannya adalah untuk memberi pencerdasan kepada orang umum dari ilmu yang menjadi fokus gerakan mereka. Misal saja aktivis yang bergerak di bidang politik, mereka tentunya sering mengadakan kajian yang berhubungan dengan politik. Namun terkadang yang menjadi masalah adalah sering sekali peminat dari acara - acara tersebut sepi untuk didatangi. Terlepas dari hal apapun yang menyebabkan itu terjadi, mungkin kita bisa menggunakan cara lama para aktivis dahulu. Sebuah kebiasaan yang biasa dilakukan para pendahulu kita dalam menyebarkan ilmu nya kepada orang lain. Yaitu dengan memperbanyak menulis, kenapa mereka menulis ? mungkin kata - kata ini bisa menjawab pertanyaan tersebut :
1. Sayyid Quthb pernah mengungkapkan bahwa “Jika satu perluru hanya bisa menembus satu kepala saja, maka dengan menulis dapat menembus berjuta - juta kepala” Inilah yang menjadikan aktivis yang satu ini rajin menulis. Bahkan ketika dipenjara sekalipun Sayyid Quthb tidak pernah berhenti dari kebiasaan nya untuk menulis. Meski raga dikekang oleh jeruji besi, namun ilmu tetap menyebar seperti angin yang berhembus ke tiap daerah hunian manusia. Salah satu kitab karangan beliau yang terkenal adalah kita Tafsir fi zilalil qur’an.
2. Seperti yang telah disampaikan diatas, bahwa tulisan adalah salah satu acara untuk mengikat sebuah ilmu pengetahuan. Seorang penulis memang tak akan abadi di dunia ini, sehingga jika ia telah tiada maka ilmu yang dimilikinya pun akan tiada. Namun itu berbeda dengan para penulis, meski mereka telah tiada akan tetapi ilmu mereka akan tetap abadi dan menjadi amal yang tak pernah putus bagi si penulis. Itu pula lah hal yang sering dilakukan oleh para ulama terdahulu, seperti Imam Bukhari yang rela berjalan puluhan kilometer hanya untuk mencari satu hadits saja. Tujuannya adalah agar para generasi masa depannya nanti mampu mengenal amal - amal yang dilakukan Rasulullah.
3. Dengan keterbatasan waktu dan tempat yang dimiliki seseorang, tak mungkin bagi dirinya bisa berada di berbagai tempat dengan waktu yang sama. Akan sulit juga bagi seseorang untuk menyampaikan ilmunya ke suatu daerah yang jauh jika harus langsung datang kesana langsung. Namun dengan sebuah tulisan, ilmu tersebut dapat tersampaikan meski waktu yang dimiliki terbatas dan juga jarak yang jauh. Karena ilmu tersebut berubah bentuknya menjadi sederhana dan dapat dilipatgandakan.

Tidak ada komentar:
Write komentar