Lagi momen - momennya pemilihan pemimpin nih di kampus. Pasti para calon - calon yang maju memiliki kelebihan dan kekurangan masing - masing tentunya.
Kebetulan dikampus saya ada tingkatannya, dari BEM & DPM Fakultas dan BEM & DPM Pusat. Kalau melihat dari kondisi kampus lain yang serupa dengan ini, kebanyakan yang jadi Presma atau Wapresma dari BEM Fakultas bakalan lanjut maju ke tingkat pusat.
Hal itu boleh - boleh saja, karena itu memang hak masing - masing yang hidup di negara demokrasi ini. Hak untuk memilih dan juga punya hak untuk dipilih.
Tapi ada baiknya, evaluasi diri itu dilakukan. Maksudnya seperti ini, jika dirasa belum mumpuni dalam hal kepemimpinan terutama setelah dulu pernah memimpin dan banyak menuai kritik atas ketidak puasan “rakyat"nya.
Kesadaran diri bukan bertujuan untuk merendahkan atau menjudge akan ketidakmampuan. Tetapi ini lebih kearah untuk memberikan kesempatan orang lain yang lebih berkapasitas untuk maju.

Sikap Kstaria yang dimiliki dari bangsa Jepang sepertinya sangat patut dicontoh. Contohnya saja Perdana Menteri Jepang Naokota Kan yang mengundurkan diri pada tanggal 26 Agustus 2011 karena ketidakpuasan publik terhadap kinerjanya dalam penanganan Krisis Nuklir pasca tsunami.
Keputusan yang sama juga dilakukan oleh Presiden Jerman Christian Wull karena terlibat skandal penerimaan bantuan keuangan dari seorang pengusaha. Beliau pun akhirnya mengundurkan diri pada tanggal 17 Februari 2011.
Jiwa ksatria yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan pribadi ini pula yang seharusnya muncul tidak hanya dalam tingkat negara, tapi juga dalam tingkat dunia kampus.
Bisa dikatakan bahwa dalam dunia kampus lebih kecil tingkatannya daripada tingkat kenegaraan. Maka dari itulah, pembelajaran untuk melatih jiwa ksatria itu bisa dimulai dari dunia kampus ini.
Agar kelak ketika berada dalam tingkat kenegaraan tidak canggung dan ragu lagi untuk melakukan sikap ini. Telah lama Indonesia ini bersedih, menanti munculnya penerus estafet kepemimpinan Soekarno, Mohd. Hatta, HAMKA dan tokoh lainnya.
Semoga kelak, di dunia kampus menjadi laboratorium pencetak pemimpin untuk bisa membuat Indonesia tersenyum kembali.
Tidak ada komentar:
Write komentar