Selasa, 19 April 2016

Tentang Menjaga Mimpi

 


“Semua mimpi kita akan menjadi kenyataan, jika kita berani mengejarnya” ~Walt Disney
Rasa takut yang sering menghampiri dikala kita menulis mimpi menjadi mental block yang meredam mimpi - mimpi itu. Selain rasa takut, sering pula kita terpengaruh oleh tanggapan - tanggapan orang lain.
Mimpi yang kita tulis bukankah itu adalah cerminan dari apa yang kita harapkan terjadi pada kita di masa depan. Tapi entah seberapa kuat kita bisa menjaga mimpi - mimpi ini agar tetap hidup dalam diri kita.
Ada cerita yang pernah ku baca tentang seorang anak yang mencoba menjaga mimpinya. Si anak ini adalah seorang pelatih kuda keliling. Sehari - hari dia melatih kuda untuk berkeliling track, peternakan dan tempat - tempat lainnya yang bisa ia gunakan untuk berlatih. Namun kegiatan itu sebenarnya mengganggu sekolahnya.
Hingga tiba suatu saat, ketika dia masuk sekolah ia mendapat tugas untuk menuliskan mimpinya di masa depan. Sepulang dari sekolah, ia pun memulai menuliskan mimpinya. Ia menuliskan mimpinya di kertas sebanyak 7 halaman.
Ia menggambarkan mimpinya dengan sangat detil. Ia bermimpi suatu saat nanti ia akan memiliki peternakan kuda sendiri. Dengan luas 200 are, dan ia menggambarkan akan ada bangunan, kandang kuda, dan juga sebuah track. Ia juga menuliskan seberapa tinggi bangunannya, ia menuliskan tingginya sekitar 4000 kaki.
Besoknya sesampai di kelas, ia menyerahkan kertas yang berisi mimpi itu ke gurunya. 2 haru kemudian ia gurunya membagikan kertas yang berisi mimpi - mimpi itu. Di kertas itu ada tulisan nilai F dengan sangat besar, dan ada catatan “Temui aku setelah kelas selesai”.
Setelah kelas selesai, ia pun menjumpai gurunya. Ia kemudian bertanya pada gurunya, “kenapa aku mendapat nilai F ?”. Lalu gurunya menjawab, “mimpi yang kamu tulis adalah sebuah khayalan saja, itu bukan lah yang nyata. Lihatlah dirimu sekarang, keluargamu seorang pelatih kuda keliling, kamu tidak punya apa - apa. Memiliki peternakan kuda membutuhkan banyak uang. Kamu harus bisa membeli perlengkapan - perlengkapan peternakan dan juga harus membayar karyawan. Dan itu tidak akan pernah bisa kamu lakukan.” Jika kamu menulis ulang mimpimu saya akan menerimanya dan mengganti dengan nilai yang baru.
Si anak pulang dengan perasaan berat untuk menerima nya. Ia lalu menceritakan itu pada ayahnya, namun ayahnya tak bisa berbuat apa - apa kecuali hanya berkata “ Kamu telah memilih semua ini, meskipun itu adalah pilihan yang berat bagimu”.
Akhirnya setelah ia membiarkan kertas itu seminggu, ia pun kembali dengan membawa kertas itu tadi ke gurunya, tanpa ada perubahan pada tulisannya.
Disaat itu pula ia berkata ke gurunya. “Ibu bisa tetap menjaga nilai F ku dan aku akan tetap menjaga mimpiku”
Si anak tadi kemudian bercerita kepada temannya, bahwa “pada saat musim panas datang, para guru disekolah membawa 30 muridnya ke sebuah camp. Setelah para guru itu pergi, si anak bercerita ke temannya bahwa ketika aku menjadi gurumu, aku adalah sesuatu yang akan mencuri mimpimu. Selama waktu itu, aku akan mencuri banyak mimpi anak - anak”.
Sadar atau tidak, terkadang guru pun menjadi pencuri mimpi kita. Mereka bilang bahwa mimpi kita tidak mungkin, mereka bilang bahwa mimpi kita terlalu jauh. Tapi pesan yang disampaikan dari si Anak di atas adalah ia tetap menjaga mimpinya tersebut. Karenya mimpinya adalah bentuk dari harapan yang inginkan. Mimpi itu milik kita, dan mimpi itu dari keinginan kita sendiri. Jaga mimpi itu, dan jadilah diri sendiri. 

Tidak ada komentar:
Write komentar