Selasa, 19 April 2016

Kisah Nabi Daud : Melibatkan Perasaan Dalam Mengambil Keputusan

 


Dalam berorganisasi memang banyak dinamika yang muncul, pergesekan antara kader baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Wajarlah, ibaratnya benda yang diletakkan dalam peti, semakin banyak benda dalam petinya, tentu akan semakin besar kemungkinan untuk bergesek.
Inilah yang kemudian saya rasakan dalam berorganisasi dan juga dalam aktivitas social lainnya. Tak jarang perbuatan yang kita anggap biasa ternyata bias menimbulkan gesekan pada individu lainnya. Padahal niat tak bermaksud apa, tapi apa daya jika syaitan mempengaruhi prasangka. Tapi memang seperti itulah tugasnya syaitan, ia memberikan rasa was – was.
Laiknya penumpang dalam gerbong kereta api yang padat, tak sedikit para penumpang saling bersenggolan, meski itupun tak disengaja. Ada yang merespon dengan sinis, ada juga  malah ia yang disenggol tapi ia juga yang meminta maaf.
Seketika teringat dengan hadis Rasulullah SAW tentang perkataan, bahwa banyak orang yang kemudian masuk neraka itu dikarenakan lidahnya (perkataannya). Saya disatu sisi khawatir sebenarnya, jika ada perkataan saya baik yang secara sadar atau tidak sadar menimbulkan benih pergesekan itu tadi. Karena kalau ada yang terluka, saya takut itu bias menjadi dosa bagi saya. Namun disisi lain, jika tak dingatkan  hal serupa bias terulang kembali.
Itulah benar juga dari referensi yang pernah saya dapat, bahwa kita memang harus tegas dan menahan perasaan. Salah satunya bisa menilik kisah nabi Daud ketika memberi keputusan kepada dua orang yang berselisih tentang pemberian kambing. Tapi ya kalau tegas, nanti objek nya malah BaPer (Bawa Perasaan). Bisa jadi disinilah seni komunikasi itu, kita coba sampaikan “ketegasan” kita tadi tanpa harus menyinggung perasaannya. Sehingga objeknya merasa bersalah dengan sendirinya, dan hubungan kita pun akan tetap terjaga.
Tapi yang jelas itu kembali lagi kepada rasa cinta yang kita miliki pada saudara kita. Kalau sudah cinta, itu bisa jadi cahaya matahari yang melelehkan tebalnya salju perasaan. Maka dari itu, seringlah – seringlah mendoakannya.And the last one, semoga kita juga terhindar dari apa yang disampaikan pada hadis diatas. Yaitu, tentang menjaga lidah (perkataan) kita.
Oiya, saya anjurkan untuk membaca kisah Nabi Daud  secara lengkap seperti yang telah disampaikan diatas.

Tidak ada komentar:
Write komentar