Selasa, 19 April 2016

Renungan Kepada Generasi Harapan

 


1616/01/ 2014
Malam ini, merenungi generasi penerus masa kini yang agak sedikit membuat saya sedih. Dari waktu saya datang ke kongres, kenapa yang hadir disana bukan malah yang angkatan mudanya, tapi malah kebanyakan yang senior. 

Ada acara diskusi tentang permasalahan kampus, yang datang juga angkatan senior. Agak ironi sebenarnya, kita menginginkan generasi yang kuat, tapi sepertinya kita gagal menyiapkannya.

Ini bukan salah angkatan mudanya, bukan salah angkatan tua juga. Masing - masing sudah diberi akal, pikiran, dan hati supaya bisa mikir cari jalan yang terbaik buat kedepannya. Ini bukan zamannya saling menyalahkan.

Introspeksi diri kita sendiri, apa sudah benar tarbiyah zatiyah kita. Ada kajian jarang datang, baca buku males - malesan, diskusi gak bergairah, mentoring jarang hadir, seandainya hadir malah fokus ngurusin yang lain, subuh kayak papan catu, dan banyak hal lainnya yang belum kita penuhi untuk pembinaan diri kita.



Teringat oleh pesan seorang ustadz ketika diskusi empat mata pada suatu malam, beliau mengatakan bahwa kemampuan - kemampuan seperti berpolitik, keberanian, kritis, dan kemampuan lainnya adalah sunnatullah akan didapatkan ketika pembinaan kita baik. 

Ingat juga oleh pesan Ustadz Rahmat Abdullah ketika di UI yang mengatakan, kalau semisal anda halaqah tapi anda tidak berubah, sebaiknya anda keluar. Itu berarti tarbiyahnya tidak berhasil.

Kita bicara tentang tarbiyah, tapi berapa banyak orang yang mengerti makna tarbiyah ini, mungkin hanya segelintir dari segelintir orang dan dari segelintir orangnya lagi yang tau. 

Umumnya orang mengenal tarbiyah itu adalah pendidikan. Namun jika ditelaah lebih dalam, tarbiyah itu berasal arti kata pohon, yaitu tumbuh dan berkembang. Makanya kalau anda ikut halaqah, mentoring, atau hal lain sejenisnya tapi anda tidak berubah, anda silahkan muhasabah diri dulu.

Ini adalah gambaran sedikit tentang kondisi kita hari ini. Ingin melihat masa depan suatu bangsa, maka lihatlah anak mudanya saat ini. Dimana letak kesalahan yang membuat generasi masa kini terlena untuk memperkuat pembinaan dirinya.

Apakah ini sesuai dengan teori sosial dari Ignash Kladen bahwa “ Perubahan Terjadi Disaat Munculnya Benda atau Materi baru”. Apakah hadirnya internet disekitar kita membuat kita menjadi malas untuk menimba ilmu dan membina diri kita. Hadirnya internet ini apakah terlalu banyak menghabiskan waktu kita ? Internet ini kah yang membuat kita terlena ?

Jika kita adalah anak panah, sudah siapkah kita jika kita ditembakkan ke segala penjuru ? Sudah siapkah kita bekerja untuk Indonesia ? Sudah berani kah kita nantinya mengambil langkah - langkah besar ?

Bukankah ini adalah zaman ketidakpercayaan, bicaralah dengan kerja seperti apa yang disampaikan Anis Matta. Untuk bisa menjadi pena - pena yang siap menuliskan kebenaran, maka isilah pena - pena itu terlebih dahulu dengan tinta - tinta (Ilmu) yang banyak dan ujung yang kuat (keberanian). 

Note to My Self

Tidak ada komentar:
Write komentar